Header Ads

Perdebatan tentang konflik Palestina dan Israel

Perdebatan tentang konflik Palestina dan Israel

Amerika Serikat resmi memindahkan Kedutaan Besarnya yang semula di Tel Aviv menjadi ke Yerusalem, setelah mengakui kota tersebut sebagai Ibu Kota Israel. Pemindahan tersebut dilakukan pada Senin (14/5) lalu, satu hari sebelum peringatan ke-70 pendudukan Israel di tanah Palestina.

Pemindahan kedutaan ini memicu protes dari warga Palestina. Mereka melakukan demonstrasi di sepanjang perbatasan Tepi Barat dan Gaza. Sebanyak 58 orang harus gugur dalam aksi demonstrasi tersebut karena ditembaki oleh pasukan Israel.

Konflik Palestina-Israel memang telah terjadi sejak lama. Hingga kini, konflik tersebut belum juga menemui tanda-tanda akan usai. Banyak perdebatan mengenai perjuangan perdamaian Palestina dan mengenai pendudukan Israel di antara para pakar dan pembuat kebijakan.

Beberapa hal ini merupakan hal-hal yang sering diperbedatkan mengenai Palestina dan Israel, sebagaimana dikutip dari laman Huffingtonpost, Jumat (18/5):

1. Konflik Palestina-Israel adalah konflik agama

Ada yang menyebut konflik Palestina-Israel adalah konflik agama. Namun sebenarnya hal ini tidak akurat. Palestina bukanlah negara monolit agama. Meskipun memiliki mayoritas Muslim ada di sana, Palestina juga diduduki oleh kaum Nasrani dan Yahudi.

Selain itu, sebelum pemukiman Zionis di akhir Kekaisaran Ottoman, keberagaman agama sudah menjadi ciri khas Palestina yang bersejarah. Bahkan setelah migrasi Yahudi dimulai, para pemukim Zionis umumnya sekuler seperti penduduk asli Palestina.

Selain itu, ini juga bukan hanya masalah akurasi sejarah. Namun karena dibingkai oleh konflik agama, orang-orang didorong untuk melihat bahwa konflik itu adalah pertikaian personal antara dua pihak yang memiliki perbedaan penafsiran dalam agama masing-masing.

Namun sederhananya, ini bukan tentang agama. Konflik ini murni tentang pencurian tanah, pengusiran, dan pembersihan etnis oleh pemukim asing ke tanah adat.

2. Palestina disebut-sebut menolak kesepakatan yang adil

Argumen ini seolah-olah menyatakan bahwa setiap kesepakatan yang mencakup pencaplokan tanah bisa disebut sesuatu yang adil. Namun jika dilihat dari perjanjian PBB yang membagi wilayah Palestina-Israel pada 1947 lalu, sudah bisa dilihat bahwa pembagiannya tidak proporsional, di mana 55 persen lahan dialokasikan untuk populasi Yahudi.

Pada kenyataannya, Palestina tidak pernah ditawari kesepakatan yang memungkinkan agar bisa merdeka, cukup, dan aman.

3. Palestina tidak menginginkan perdamaian

Argumen ini juga seolah menyatakan bahwa warga Palestina tidak menginginkan perdamaian karena menolak pendudukan dan penindasan brutal terhadap mereka.

Padahal orang yang dijajah memiliki hak hukum dan moral untuk membela diri. Palestina menginginkan perdamaian, tetapi keadilan selalu menjadi prasyarat perdamaian.

4. Israel punya hak untuk hidup

Klaim ini adalah sebuah istilah propaganda Amerika Serikat dan Israel. Sebab pertama, argumen ini hanya ditempatkan secara rahasia dalam hubungannya dengan Israel, yang bertentangan dengan Palestina atau hampir semua negara lain.

No comments

Powered by Blogger.